Romantisme Hari Tua di Once Upon a Time

Monday, March 04, 2019



Dari kota Gatlinburg, Negara Bagian Tennessee, tiba-tiba suami memberikan saya kejutan. “Kita nggak langsung balik ke Columbus ya, mau nginep di rumah Ed sama Arleen dulu,” ujarnya. Saya kaget. Pertama karena saya tidak tahu apakah pakaian dalam saya akan cukup kalau harus menambah menginap beberapa hari lagi (ini masalah besar). Kedua, saya tidak menyiapkan buah tangan apapun untuk pasangan lanjut usia ini.


Tapi toh saya setuju saja dengan Pak suami yang memang kadang suka seenak udelnya membuat rencana. Menikah dengannya merupakan serangkaian peristiwa “expect the unexpected”. Lagipula, diam-diam saya penasaran juga dengan Ed dan Arleen. Sosok yang selama ini hanya saya kenal dari dari cerita-cerita suami.


***


“Once upon a Time”, begitulah Ed dan Arleen menyebut kediaman mereka, mengingatkan saya akan kalimat pembuka pada setiap cerita dongeng negeri barat. Nyatanya, kehidupan keduanya memang mirip dengan fairytale.


Pasangan ini tinggal di hutan belantara dan menempati area seluas 16 hektar (yang membuat saya sangat iri). Letaknya di antara Great Smoky Mountains National Park dan Cherokee National Forest, Tennessee. Namun keduanya membeli hutan tersebut secara legal, bukan merupakan hutan yang masuk ke dalam kategori dilindungi.


Sedangkan rumah, perabot dan fasilitas-fasilitas di sekitarnya, dibangun sendiri oleh Ed yang merupakan tukang kayu profesional. Karya-karyanya dipamerkan di sebuah studio di North Carolina. Saking hebatnya, hasil kerajinan tangannya bahkan pernah dipesan oleh mantan presiden Amerika Serikat Mr dan Mrs. Reagen.  

Tapi bukan Ed namanya bila tidak memberikan plot twist pada ciptaannya. Ia akan kembali menanam puluhan pohon untuk setiap pohon yang ia tebang ketika membuat sebuah karya. Selain seorang tukang kayu, ia juga pernah menjadi seorang mountain ranger yang menjaga hutan, sumber daya dan ekosistem di dalamnya.


Ed dan Arleen bersama anak saya


Sang istri, Arleen, tak jauh berbeda dari Ed soal cinta-mencintai lingkungan. Ia lahir dan besar di New York, tapi terlanjur jatuh hati dengan Tennessee, hutan, gunung, serta masyarakat setempat. Ia pun memutuskan untuk tidak kembali ke kota asalnya. Arleen muda malah memilih untuk membuka jalur setapak sejauh ratusan kilometer di hutan rimba. Ia sangat ahli di bidang ini. Kedinginan, kehujanan, kepanasan, hingga terkena badai salju, sudah menjadi temannya.


***


Ed dan Arleen, jika digabungkan, tentu akan menghasilkan sesuatu yang fenomenal. Berbekal combine experiences di bidang volunteerism, konservasi lingkungan dan adventure selama lebih dari 50 tahun, mereka pun menjalankan hari tua dengan bahagia. kehidupan mereka jauh lebih berwarna dibandingkan dengan sebagian besar lansia di Amerika Serikat yang lekat dengan image hidup kesepiannya.


Ed dan Arleen membuka rumah mereka bagi para relawan dari berbagai penjuru Amerika Serikat, umumnya yang masih berstatus mahasiswa untuk belajar dan bekerja di sana. Suami saya adalah salah satu pelajar yang pernah singgah dan meneguk beragam manfaatnya.


Menu kerja yang ditawarkan oleh Ed dan Arleen sangat beragam. Namun sebagian besar berhubungan dengan upaya pelestarian alam di kawasan pegunungan Great Smoky Mountain, serta membantu dan mengenal suku Cherokee yang tinggal di area tersebut. Ya, suku Cherokee, yang merupakan suku asli Amerika Serikat (kalau di Indonesia, mereka dikenal dengan nama suku Indian) masih tinggal di kawasan ini.


***


Jalan-jalan tak melulu soal senang-senang. Di tempat Ed dan Arleen, para relawan akan diminta untuk melakukan kerja otot seperti menolong warga Cherokee yang sudah sepuh membersihkan halaman mereka yang dipenuhi alang-alang, membuka dan membuat jalur setapak di Cherokee National Forest, seperti yang dilakukan oleh Arleen dulu, hingga mencabut tanaman liar serta meletakkan batang kayu pada pohon-pohon pinus yang masih bayi di hutan. Fungsinya? Supaya pohon pinus tersebut tumbuh dengan baik. Kabarnya, suku Cherokee sangat menghormati pohon pinus ini.


Relawan Membuat jalan setapak


Namun, ada pula kegiatan yang ringan dan mengasyikkan. Seperti belajar membuat selai blackberry organik (yang dipetik dari kebun sendiri seluas setengah hektar), dan mengawetkannya secara alami dengan metode canning, menjadi penonton acara musik country yang dibawakan oleh lansia-lansia yang masih lincah dan penuh semangat, belajar soal beruang hitam yang semakin punah di kawasan pegunungan Appalachia, hingga bermain fish net, permainan asli suku Cherokee.


Sayangnya, waktu itu saya hanya menjadi tamu reguler di sana, sehingga tidak menjalankan menu kerja seperti para relawan yang lain. Namun dari kunjungan singkat ini, tetap saja saya dapat belajar beberapa hal dari Ed dan Arleen mengenai gaya hidup yang lestari. Beberapa catatan saya, antara lain: 

  • Ed membuat composting toilet untuk digunakan oleh para relawan (toilet dimana hasil kotoran manusianya dapat dijadikan pupuk kompos setelah digabung dengan sisa organik yang lain 😆). Tapi jangan salah, toiletnya bersih dan tidak berbau sama sekali. Dijamin tidak ada rasa jijik ketika menggunakannya.
  • Ed dan Arleen menggunakan pupuk tersebut untuk bercocok tanam di kebunnya. Intinya, tidak ada yang tidak dimanfaatkan di rumah mereka, termasuk kotoran manusia 😁 
  • Hasil kebun akan dibuat bermacam-macam produk. Sebagian untuk konsumsi jangka pendek, dan sebagian lagi untuk jangka panjang. Arleen biasanya membuat banyak pickle (sayuran fermentasi) di dalam toples dan membuat berbagai selai buah yang diletakkan dalam canning jar. Sedangkan sisa hasil panen lainnya dibersihkan kemudian dimasukkan dalam freezer. Ketiga metode ini (pickle, canning dan freezing merupakan metode pengawetan makanan secara alami. Hasil alam pun dapat digunakan hingga musim panen berikutnya (begitulah orang Amerika Serikat, tidak bisa menanam sepanjang tahun). Ujungnya, kita dapat menghindari makanan terbuang sia-sia karena terlanjur membusuk dsb. 
  • Hampir semua sampah-sampah di once upon a time, akan di upcycle menjadi benda lain yang bermanfaat untuk keperluan relawan.

***


Couple Goals,


Itulah kesimpulannya setelah melihat kehidupan Ed dan Arleen. Tidak hanya romantis kepada satu sama lain (yang ditunjukkan dengan perhatian-perhatian kecil ketika bersama-sama melintasi jalan setapak di tengah hutan), namun mereka juga romantis terhadap alam sekitar dan masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal ini, suku Cherokee. Semua berawal dari passion yang sama. Romansa hari tua pun terlaksana.


Tak ayal, saya dan suami bermimpi agar suatu saat dapat memiliki kehidupan hari tua yang damai seperti mereka di Once Upon a Time (minus rumah dan fasilitas yang dibuat oleh tangan sendiri 😆). Insha Allah nantinya, kami pun ingin bisa membeli lahan yang luas, memberdayakan warga sekitar, dan membuka kesempatan belajar yang sebesar-besarnya bagi para relawan. Tentunya dengan menggabungkan passion dan pengalaman kami masing-masing. Tidak perlu sama persis dengan yang dilakukan oleh Ed dan Arleen. Namun semangat mereka yang ingin kami duplikasi. Karena...inilah cerita dan cita-cita romantis hari tua versi saya dan suami.


Hoping for peaceful and beautiful tomorrow with him


***


Note: bagi yang ingin membaca kisah lengkap tentang Ed dan Arleen, Once Upon a Time, Suku Cherokee dan perjuangan mereka melawan pendatang, sila berkunjung ke blog suami saya di tautan ini. Btw, he's such a good story teller!

You Might Also Like

16 comments

  1. inspiratf banget mbak kisah Ed dan Arlen, aku dan suami pun pengen punya lahan yg luas trus dipake bercocok tanam dan beternak memberdayakan masyarakat sekitar..sebuah cita-cita ketika masuk masa pensiun nanti..hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga tercapai cita-cita nya bersama suami ya mbak.. ❤ sekalian ajarin aku ya cara bercocok tanam dan beternaknya..blm bisa nih.. haha.

      Delete
  2. Kok romantis bgt sih masa tanya. Di sini pun kulihat emang yg sudah sepuh itu terlihat kesepian. Kalo konsepnyaaa gitu mh Ad dan Arleen ga bakalan kesepian ya, bahkan mampu membudidayakan masyarakat sekitar. Patut bgt dijadikan bekal buat masa tua nanti. Semoga ada rejeki buat beli lahan luaaas.. 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul.. nggak kesepian, malah dikunjungin byk org. Plus, anak2 nya nggak perlu jd sandwich generation krn mrk jd punya pendapatan sendiri dr org2 yg dtg utk bljr..

      Delete
  3. Aaaa mauu jugaaa... Rumahnya macam cabin in the woods gt kali yaaa...

    Ga banyak orang yg bs hidup sesuai passionnya... Sampai tuaaa 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa..cabin in the wood.. sesungguhnya yg begini2 bnran ada di Amerika.. hihi

      Delete
  4. Weh...nikmat banget, tua bersama kayak gitu. Bangun tidur semangat.
    Jadi lupa kalau udah tua...

    ReplyDelete
  5. Mba amel ini kalau menjabarkan sesuatu detail sekali. Kolaborasi katanya asik dan apik. Ini yang selalu Saya suka..

    Ah Menarik banget sepasang lansia ini 😍

    Romantis hari tua dari sisi yang tak biasa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mkasih mbaaaak... Asik dan apik, tapi luamaaa kalo nulis...😂. Ikutan 30haribercerita aja msh nggak berani.. 😂. Romantis yaah pasangan inii.. ❤❤❤

      Delete
  6. Kisah yang inspirati banget nih mbak. Setelah membaca postingan ini baru saya tahu ternyata di belahan dunia yang lain ada sosok seperti Ed dan Arleen yang begitu romantis terhadap lingkungan dan terus memberi manfaat hingga di usia senja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun bingung mbak knp ada org kyk mrk berdua, trs ketemu, jodoh pulaaa.. byk bgt yg bs dipelajarin dr mrk.. ❤

      Delete
  7. Itu yg koko pernah ikutan yg dlu ko pernah ceritain ya mel? Yg kemping brp lama itu?

    Btw gue ga perlu dah gede. Yg penting pas hari tua ada aktivitas bersama yg itu memberdayakan diri dan masyarakat sekitar. Pastinya dimulai dr skrg yaaaaak. Ya Allah baleendah menanti 😅😅😅

    Belajar hdup zero waste kaya yg lo bilang aja belooooon aja kelakuin ... sungguh ini berat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi.. nggak camping.. dia tdr di kabin khusus relawan gt..punya Ed n Arleen juga.

      Bandung kaya komunitas euy... Byk tempat bljr buat lo ntar.. ngiri gw.. kdg pgn jd warga Bandung juga..haha.

      Delete
  8. Langsung bermimpi... berjalan jalan diantara pepohonan di Once Upon aTime. Ini dua orang tua ini sungguh hebat. Semakin bersemangat untuk lebih peduli dengan lingkungan

    ReplyDelete
  9. Sungguh luar biasa keluarga Ed dan Arleen, mampu menginspirasi. Saya jadi ingin seperti beliau, yang perduli dengan lingkungan.

    ReplyDelete

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas