Sebelum Pantai Cemara Terjual

Friday, March 02, 2018


Lombok itu gudangnya pantai. Berjalan ke delapan penjuru mata angin manapun, kita pasti akan bertemu lautan. Tapi sayang, tidak semuanya bisa dinikmati oleh pelancong maupun warga lokal.

***

Seperti pantai Tanjung Beloam di Lombok Timur misalnya. Pantai ini sudah dikelola dan dijaga ketat oleh manajemen Hotel Jeeva Beloam. Hanya tamu hotel saja yang diperbolehkan masuk. Untuk kemari, pengunjung harus merogoh kocek sebesar 4-5 juta Rupiah/malam.

Bagi warga Lombok yang terbiasa menikmati pantai secara gratis, tarif yang dikenakan ini tentu terasa sangat mahal. Tapi ternyata ada dua cara lain yang lebih ekonomis. Pertama dengan membeli makanan di hotel tersebut. Kedua dengan menggunakan jalur alternatif menembus hutan Jerowaru. Sayangnya, kabarnya rute ini cukup terjal dan panjang. Kurang cocok untuk kami yang bepergian bersama anak kecil.

Karena pertimbangan harga dan keselamatan, saya dan keluarga pun batal kemari.

Mencari Alternatif

Sebagai gantinya, kami mencoba mencari pantai alternatif yang bisa dikunjungi. Kami yakin, Lombok masih memiliki pantai-pantai lain yang tidak kalah istimewa dari Tanjung Beloam. Lihat saja Bali, saudara tua Lombok. Sudah bertahun-tahun di eksplorasi, setiap tahunnya selalu saja ada surga baru tersembunyi yang bermunculan. Semestinya hal ini juga berlaku untuk Lombok, kan?

Secara random, kami pun memilih pantai Cemara sebagai destinasi kami. Entah seperti apa pantainya. Kami sudah siap untuk kecewa jikalau wujud pantainya biasa saja.

Menuju Pantai Cemara

Untuk menuju pantai ini kami hanya mengandalkan Google Maps. Sedikit tips, pengunjung sebaiknya berhati-hati ketika mengatur tujuan perjalanan di peta. Lombok punya beberapa pantai yang juga bernama Cemara. Pastikan yang kita masukkan adalah Pantai Cemara yang terletak di Lombok Timur.

Dari Bandara International Lombok (Praya), pantai ini bisa dicapai dalam masa 1 jam 15 menit, sedangkan dari Kota Mataram, waktu tempuhnya sekitar 2 jam. Tidak ada kendaraan umum apapun yang bisa mengantar pengunjung kemari.

Walaupun tidak populer, akses ke Pantai Cemara terbilang mulus. Bahkan jauh lebih baik dibandingkan dengan akses ke pantai lain di Lombok Timur yang lebih terkenal seperti Pantai Pink dan Tanjung Ringgit. Namun memang, sepanjang jalan kemari, nyaris tidak ada fasilitas penunjang kegiatan pariwisata sama sekali. Hanya ada perbukitan, berhektar-hektar kebun, sawah dan ladang, juga beberapa petani yang terlihat sedang mengurus lahan mereka. Ada baiknya kita membeli makanan dan minuman serta mengisi bahan bakar terlebih dahulu sebelum kesini.

Pada satu titik, ruas jalan yang kami lewati mulai bercabang. Kami memilih jalan lurus karena papan petunjuk arah menandakan bahwa pantai Cemara ada di depan sana. Jika ke arah kanan, kami akan tiba di Pantai Kaliantan.

Laju mobil kini harus melambat karena jalanan mulai berlubang. Beberapa meter kemudian, kami melihat sekumpulan berugak (pendopo/saung). Kami sempat curiga kalau Pantai Cemara tak jauh dari sini. Google Maps pun berkata demikian. Tapi anehnya, dari pinggir jalan ini sama sekali tidak terlihat tanda-tanda adanya pantai.

Kami memilih untuk tetap menancap gas, hingga akhirnya bertemu dengan Dusun Seriwe, sebuah pemukinan nelayan sekaligus pusat penghasil rumput laut di Lombok. Di pemukiman ini juga terdapat pantai, tapi bukan yang kami cari.

Pantai ini, entah apa namanya, sangat sepi. Hanya kami satu-satunya turis disini. Tempat ini seolah dimiliki secara ekslusif oleh anak-anak nelayan yang sedang bermain di laut. Ada yang sedang berenang bebas bertelanjang bulat, sebagian lainnya balapan mendayung sekoci. Rasanya saya seperti di bawa masuk ke dunia Si Bolang.

Langit mulai menurunkan gerimis, kami pun kembali ke mobil untuk berteduh. Sekaligus melanjutkan perjalanan untuk menemukan Pantai Cemara yang sebenarnya.

Pantai Cemara

Kami kembali ke titik dimana terdapat sekumpulan pendopo tadi. Dari sini, kami masih tidak bisa melihat laut. Tapi kali ini kami mencoba masuk ke dalam melewati saung-saung tersebut. Setelah menyusuri jalan sekitar 200 meter, akhirnya kami bertemu dengan lautan yang sejak tadi kami cari. Kami pun memarkirkan kendaraan tepat di bibir pantai. Tak ada tiket masuk, tidak ada tukang parkir. Pantai Cemara merupakan anugerah dari pencipta yang bisa dinikmati secara gratis.


Pantai Cemara memberikan kejutan manis kepada kami. Meminjam slogan MTV, pantai ini merupakan pantai yang “kami banget”. Tidak hanya sepi, ombaknya juga sangat tenang, menggoda pengunjung untuk berenang. Butiran pasirnya putih dan halus, warna airnya pun biru kehijuauan. Dari sekian pantai yang telah kami kunjungi di Lombok, pantai ini memberikan atmosfer paling menenangkan. Mungkin karena belum tersentuh pariwisata sama sekali. Sayangnya, hari itu cuaca mendung. Keindahan Pantai Cemara dan warna airnya yang menawan tidak tertangkap oleh lensa kamera saya.

Dari bibir pantai, kita bisa menikmati deburan ombak besar di semenanjung yang ada di kejauhan. Selain itu, di sisi kanan lautan, terdapat pulau karang dan kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar.


Yang menarik, di sisi pantai ini terdapat tebing, yang bukan cuma penghias pantai Cemara, tapi juga rumah dari beragam biota laut. Mulai dari beragam gastropoda, hingga kepiting, hidup di permukaan dan celah-celah tebing ini.


Kami menghabiskan waktu sekitar dua jam disini. Bermain air, mengambil beberapa pecahan terumbu karang berwarna warni yang telah mati, menggenggam rumput laut yang terhempas ombak ke atas pasir, dan berfoto untuk menyimpan hari ini sebagai kenang-kenangan.



Jika saja pantai Cemara dekat dari rumah, pasti kami akan bermain kesini setiap hari. Sebelum pantai ini terjual.

Iya, pantai Cemara dengan luas lebih dari 40.000 meter persegi ini sudah diiklankan di situs jual beli tanah, dengan harga belasan miliar Rupiah.

Di iklan tersebut tertulis pengumuman:

Dijual lahan los pantai dengan luas 4,29 ha (42.900 m2) pasir putih dengan pemandangan pantai yang sangat indah dan air laut yang jernih, dengan dengan lokasi lahan yang akan dibangun hotel-hotel. Lokasi tanah langsung los pantai dan pinggir jalan raya. Sangat strategis dan cocok untuk dibangun hotel, villa atau hanya investasi semata. Sertifikat sudah SHM (Sertifikat Hak Milik).

Selepas membaca iklan ini, saya cuma bisa menarik napas. Tak lama lagi, nasib Pantai Cemara mungkin akan sama dengan Tanjung Beloam.


You Might Also Like

2 comments

  1. Hai Kak, senang sekali melihat liputan Lombok. Setahun lalu kesana bersama balita juga. Namun masih ke lokasi yang normatif,Gili Trawangan, Tanjung Aan. Pengen balik lagiii
    Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo.. Salam kenal juga mbak.. yuk kapan2 main ke Lombok lagi..semoga kesampaian ya :)

      Delete

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas