Liburan ke Luar Negeri: Pilih Hotel, Hostel, Motel atau Airbnb?

Monday, October 30, 2017




Hotel, hostel, motel. Tiga jenis akomodasi berakhiran "tel" tersebut memang rancu ya. Apalagi sekarang ditambah dengan penginapan jenis Airbnb. Makhluk apalagi itu? Bagi para wisatawan yang belum perpengalaman, bisa saja berbagai jenis akomodasi ini justru memusingkan. Belum lagi buat mereka yang liburannya membawa krucil-krucil, pasti bertambah pusing karena harus semakin selektif ketika memilih akomodasi.

Supaya lebih mudah, disini saya akan coba membantu menjelaskan perbedaan akomodasi di atas, dan menceritakan pengalaman saya menginap di berbagai jenis akomodasi tersebut :)

1. Hotel

Yang ini pasti sudah banyak yang familiar ya. Hotel biasanya bertarif lebih mahal dibandingkan dengan hostel, motel dan Airbnb. Harga yang lebih mahal ini sepadan dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Tapi semua itu kembali lagi kepada tipe hotelnya. Ada hotel bintang 1 sampai 5. Semakin besar bintangnya, semakin mewah dan banyak juga fasilitasnya.

Bagi saya pribadi, menginap di hotel itu pilihan yang paling nyaman ketika bepergian bersama keluarga. Kenyamanan itu tercermin bahkan dari sebelum memesan hotelnya. Kenapa? Karena hotel pasti menerima tamu yang membawa anak kecil. Memangnya ada penginapan yang nggak terima anak kecil? ADA! Silakan baca sampai habis ya.

Selain itu, jika memesan kamar hotel, biasanya harga yang dibayar sudah termasuk sarapan untuk dua orang, sedangkan anak kecil gratis. Kalau kalian ingin liburan yang lebih santai, hotel bisa jadi pilihan yang tepat. Istri bisa cuti dari kegiatan masak-memasak, nggak perlu beresin kamar dan bisa bebas dari pekerjaan domestik lainnya. Jadi betul-betul terasa liburnya.

Tapi ya itu tadi. Dibalik kenyamanannya, tarif hotel relatif mahal. Apalagi kalau kita ke negara lain yang biaya hidupnya lebih tinggi seperti Jepang atau Amerika Serikat. Banyak rupiah kita yang bisa melayang!

2. Hostel

Hostel merupakan tipe akomodasi yang paling disenangi oleh para backpacker karena harganya yang terjangkau. Sangat cocok untuk solo traveler, pasangan muda, atau pasangan tanpa anak. Kalau untuk keluarga kurang cocok. Kenapa? Karena kamar hostel ini biasanya tipe sharing. Kasurnya tingkat, mirip asrama.  Sharingnya ada yang khusus sesama gender, ada juga yang campur perempuan dan laki-laki. Saat di Jepang dulu, saya bahkan pernah menginap di hostel yang satu kamarnya menampung hingga 16 orang! Bukan cuma kamarnya saja yang ramai-ramai, mau pakai kamar mandi pun juga harus berganti-gantian. Eeiits.. tapi kamar mandinya banyak kok. Saya nggak pernah sampe mengantri sih kalau mau pakai kamar mandi.




Waktu belum berkeluarga dulu, saya paling suka menginap di hostel. Senang rasanya bertemu wisatawan muda lain dari berbagai belahan dunia. Tipe kamar yang mirip barak justru malah memungkinkan saya berinteraksi dengan mereka.

Untuk memilih dan memesan hostel, biasanya saya akan melakukannya dari situs hostelworld.com. Sedikit tips dari saya, ketika pilih-pilih hostel, sebaiknya perhatikan fasilitas apa saja yang diberikan dan baca dulu review nya. Di situs yang saya berikan di atas informasinya sudah lengkap kok. Untuk kenyamanan, biasanya saya akan pilih kamar hostel yang telah menyediakan gordyn, colokan listrik dan lampu baca disetiap tempat tidur. Gordyn ini penting untuk privasi. Jadi ketika mau tidur, tinggal tutup gordyn nya, dan kita bisa tidur dengan aneka gaya tanpa malu keliatan orang lain.

Sedangkan untuk keamanan, biasanya saya akan pilih hostel dengan jenis kamar yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan (Baca juga review dan rekomendasi hostel di Jepang disini ya)


3. Motel

Di Indonesia, sepertinya motel ini identik dengan kegiatan remang-remang ya? Hehehe. Sebagian motel di Amerika Serikat juga begitu sih. Tapi sebetulnya, motel ini awalnya dirancang untuk membantu para pengemudi yang kelelahan dan butuh istirahat. Mereka nggak butuh tuh banyak fasilitas dan pelayanan seperti di hotel, yang penting ada kasur dan bisa tidur. Makanya kalau di Amerika sana, motel biasanya terletak di dekat jalan besar dan menyediakan parkir kendaraan.

Untuk harga, tentunya motel lebih terjangkau. Saya dan keluarga pernah menginap di motel ketika di Amerika Serikat dulu. Motel yang cukup saya rekomendasikan adalah Motel6. Cabangnya banyak. Ada 1000 lebih, tersebar di berbagai negara bagian.

Untuk keluarga, motel ini cukup nyaman kok. Apalagi kalau di Amerika Serikat, ukuran kamar motel bisa dibilang cukup luas. Tapi di negara lain seperti Hongkong misalnya, penginapannya mungkin akan sempit-sempit, tidak cocok membawa anggota keluarga yang lain. Jadi sebaiknya di cek dulu karena kondisinya berbeda-beda.

Kekurangannya, biasanya motel ini letaknya kurang strategis, tidak betul-betul di pusat wisata. Memang lebih sesuai untuk penginapan transit. Selain itu, banyak motel yang memiliki reputasi buruk karena sering digunakan untuk aktifitas negatif, jadi harus selektif.

4. AirBnB




Ada ojek online, Ada juga hotel online! Airbnb ini adalah perwujudan dari hotel online tersebut. Punya kamar atau rumah kosong yang tidak terpakai? Airbnb-in alias sewa-in saja.

Sewaktu di Amerika Serikat, saya sering sekali menginap di Airbnb karena harganya murah meriah dan fasilitasnya banyak (tergantung rumahnya). Karena bentuknya rumah, jadi biasanya kita bisa pakai area dapur si empunya rumah untuk masak. Liburan kita jadi bertambah hemat deh!

Enaknya lagi, melalui Airbnb, kita bisa belajar mengenai budaya masyarakat lain, melatih kemampuan berkomunikasi, dan menghilangkan prejudis. Tidak ketinggalan, kita juga bisa mendapat pengalaman unik.

Saya pernah menginap di rumah orang African-America yang yang baik hati. Ketika pulang dari rumahnya,  bayi saya dikasih hadiah..wiiih. Pernah juga menginap di rumah pasangan yang ternyata lesbian. Wah.. saya harus belajar untuk nggak menghakimi pilihan mereka. Benar saja, ternyata mereka baik dan menyukai anak kecil. Pasangan ini ternyata membuka sekolah PAUD di rumah, jadi disana ada banyak mainan dan buku anak-anak. Pas sekali dengan kesukaan anak saya. Di hotel belum tentu ada yang begini kan?

Dibalik itu semua, ada 3 hal yang saya kurang suka dari Airbnb ini, pertama, saya orangnya malas basa basi. Suami pun tak banyak membantu untuk urusan basa basi ini. Kadang ada tuan rumah yang hobinya mengobrol dengan tamu, padahal saya sedang capek..hehe. kalau tidak diladeni, nanti takut dikira sombong.

Kedua, berdasarkan pengalaman saya jalan-jalan di Amerika Serikat, Mencari Airbnb untuk keluarga itu jodoh-jodohan. Sebelum pesan kamar, pastikan kamar atau rumah yang kita sewa itu kids/family friendly. Saya pernah beberapa kali ditolak ketika menginformasikan bahwa saya akan membawa anak kecil. Tapi untungnya kamar belum dipesan. Yaaah.. padahal sudah kesenengan ketemu kamar bagus dengan harga murah.. haha.

Kalau tidak ada informasi tertulis tentang kebijakan ini, sebaiknya hubungi pengiklan secara langsung melalui nomor kontak yang tertera. Kalau mereka oke, baru deh pesan.
Yang ketiga dan paling bikin saya nggak suka dari Airbnb adalah, kita selaku penyewa, akan di review! Jadi kalau di hotel biasa kan cuma kita yang me-review hotelnya, kalau ini nggak! Si tamu dan tuan rumah sama-sama memberikan review. Bayangkan saja kalau kamu naik ojek online terus di review sama abang ojeknya, nggak enak kan?

Untuk bagian review ini saya lumayan tegang. Masalahnya saya ini kan minoritas, dari Indonesia, Muslim pula dan pakai jilbab. Takut aja kalau saya salah sikap selama menginap, nanti malah memalukan bangsa dan agama.. haha.

Saking tegangnya, tiap habis menginap, kasur dan kamar selalu saya rapiin sesuai kondisi saat check in. Rambut-rambut yang rontok di bantal dan kamar mandi saya pungutin.. haha. Lebay ya. Tapi saya betul-betul setakut itu setiap kali akan check out. Kalau di hotel, hostel atau motel kan begitu check out tinggal bhay! Paling cuma rapih-rapih seperlunya supaya tidak terlalu menyusahkan pekerjaan house keeping. Eh tapi alhamdulillah saya nggak pernah dapet review jelek selama menginap pakai Airbnb..selalu dibilang nice and clean guest (yaiyalah orang saya sampe bersihin hal-hal kecil) 

Kesimpulan

Dari cerita di atas, bisa ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut.

Hotel:
-cocok untuk segala jenis traveller yang mempunyai budget lebih
-sesuai bagi yang ingin kenyamanan

Hostel:
-sesuai untuk solo traveller dan pasangan tanpa anak.
-cocok bagi yang ingin berhemat
-suka bertemu orang lain dan ingin mendapat pengalaman baru

Motel:
-sesuai untuk segala jenis traveller yang ingin hemat budget
-tidak terlalu memikirkan fasilitas
-memerlukan penginapan hanya untuk transit

Airbnb:
-sesuai untuk segala jenis traveller yang ingin hemat budget
-suka bertemu orang baru dan ingin mendapat pengalaman unik
-Bersedia untuk di review segala tindak tanduknya :D

***

Segitu dulu deh sharing dari saya. Setuju nggak sama postingan di atas? Kalau kalian lebih suka menginap dimana?

You Might Also Like

0 comments

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas