Kreatif Mengelola Sampah dan Mendidik Anak Dengan Ecobrick

Friday, April 06, 2018



Siapa sangka, masalah sampah yang terlihat begitu njelimet, ternyata bisa dieliminasi dengan salah satu cara yang mudah, murah, tradisional, dan rendah teknologi. Siapapun bisa membuatnya, termasuk anak balita saya yang belum sempurna koordinasi motorik kasar dan halusnya.



***

Sejak satu bulan yang lalu, saya memiliki aktivitas harian baru bersama Ucay (anak saya). Setiap petang, sehabis Magrib, kami bekerja sama memasukkan beragam sampah anorganik ke dalam botol plastik. Mulai dari sampah kemasan biskuit, bungkus mie instant, kemasan kopi sachet, sedotan, styrofoam, hingga bungkus permen. Bisa dipastikan, plastik sekecil apapun tidak luput dari perhatian kami.

Aktivitas yang kami lakukan memang kelihatan sederhana. Tapi sebetulnya kami sedang belajar mengelola sampah rumah tangga menjadi produk yang lebih bermanfaat. Iya, sampah di rumah kami kini tidak hanya dibuang pada tempatnya, tapi juga dikelola. Salah satunya dengan menyulapnya menjadi ecobrick.

Bagi yang belum tau, ecobrick berasal dari kata “eco” dan “brick” yang berarti bata ramah lingkungan. Disebut “bata” karena memang ia dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Selain itu, ecobrick juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture :)

Furtniture dari ecobrick. Credit ecobrick.org

Apa kelebihan ecobrick dibanding bata biasa? Yang jelas, selain sangat ramah lingkungan (eco friendly) ia juga ramah di kantong (economically friendly). Bayangkan, bahan baku ecobrick hanya botol plastik dan beragam sampah anorganik. Mudah didapat dan tidak perlu biaya apapun bukan?

Bahan baku ecobrick

Mengapa Membuat Ecobrick?

Kita sudah tau kalau plastik berdampak buruk bagi manusia dan ekosistem. Tapi saya pribadi merasakan sendiri sulitnya menghindari sampah ini dalam kehidupan sehari-hari. Terutama karena sebagian besar kebutuhan kita masih dikemas menggunakan material ini.

Contohnya, saya berusaha mengurangi sampah bungkus snack dengan cara membuat kue homemade untuk anak di rumah. Namun ternyata berbagai bahan utama pembuatan kue seperti mentega, gula, dan tepung, tetap dikemas menggunakan plastik. Serba salah, ya? Tentu.

Sialnya lagi, tidak semua sampah plastik yang kita hasilkan laku jika diberikan ke pengepul. Seperti sampah bungkus kopi, bungkus permen dan bungkus mie instant misalnya. Hanya jenis plastik tertentu saja yang menurut mereka memiliki nilai ekonomi. Lalu sebaiknya dikemanakan sampah-sampah ini?

Jika menghindari sudah tidak mungkin dan mengurangi terasa sulit, maka ecobrick merupakan solusi tepat bagi situasi di atas. Ecobrick mampu memberikan kehidupan baru bagi limbah plastik. Sampah-sampah ini “diperangkap” dalam botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung di TPA, tertimbun lapisan tanah atau bahkan terombang-ambing di lautan.

Sampah plastik yang saya temukan di perairan Indonesia.

Kenapa bisa ada kemasan sabun pencuci piring di pinggir pantai ya?

Ecobrick juga mengubah kelemahan plastik yang tidak mudah terurai menjadi kekuatan utamanya. Karena sifatnya yang awet, ecobrick bisa dikonstruksikan secara cradle to cradle, atau dapat dibongkar pasang  menjadi bentuk lain yang diinginkan tanpa mengurangi kualitasnya.

Yuk Buat Ecobrick Bersama si Kecil!
Cara membuat ecobrick

Pada dasarnya, ecobrick adalah botol plastik yang diisi dengan beragam sampah anorganik hingga padat.

Pembuatannya sangat mudah dan menyenangkan untuk dilakukan bersama si kecil loh!

Yang perlu kita siapkan hanya botol plastik, berbagai sampah anorganik (utamakan sampah plastik yang tidak laku dijual ke pengepul), tongkat untuk memadatkan, serta gunting untuk memotong-motong sampah menjadi ukuran yang lebih kecil.

Biarpun terlihat mudah, pastikan kita menghindari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat proses pembuatannya. Pertama, botol dan limbah yang kita masukkan harus dalam keadaan bersih dan kering. Kedua, ecobrick yang dihasilkan harus benar-benar padat. Kita bisa menggunakan tongkat untuk membantu proses ini (lihat ilustrasi di atas).

Untuk menguji kepadatan, kita bisa menekan botol dari luar. Indikator ecobrick yang baik adalah, botol tidak akan kempes dan tidak mengeluarkan bunyi ketika ditekan.

Ecobrick Sebagai Sarana Mendidik Buah Hati

Siapa sangka, kegiatan sederhana dan murah meriah ini bisa menjadi sarana untuk mendidik anak tentang beragam kebaikan.

Dengan ecobrick, anak bisa belajar hal-hal berikut:

Melatih Motorik Halus

Proses yang dilakukan pada kegiatan membuat ecobrick sangat baik untuk melatih motorik halus anak. Diantaranya, ketika membuka dan mengencangkan tutup botol, memasukkan limbah, dan memadatkan sampah menggunakan tongkat.


Belajar Mengelola Sampah

Membuang sampah pada tempatnya memang baik, tapi ada opsi yang lebih baik, yaitu mengelola sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Ecobrick bisa membantu mengurangi beban sampah di hilir (di TPA), karena kita telah mengelolanya terlebih dahulu di hulu (dari rumah).

Memilah Sampah Organik dan Anorganik

Apakah sampah kertas boleh dimasukkan ke botol? Bagaimana dengan kulit pisang, sedotan, tissue dan kardus susu?

Dalam proses membuat ecobrick, anak akan belajar tentang sampah organik dan anorganik serta berbagai material pembuatnya secara natural.

Mengajari anak dan anak tetangga tentang jenis-jenis sampah dan mengelolanya menjadi ecobrick :)

Memupuk Kecerdasan Finansial

Ada yang pernah mendengar Bank Sampah? Sesuai namanya, di sini, kita bisa menabung menggunakan sampah.  Sampah-sampah tersebut akan dicatat nilai rupiahnya di dalam buku tabungan layaknya menabung di Bank.

Teman-teman di Bank Sampah NTB Mandiri sedang menghitung setoran ecobrick dari nasabah

Saat ini, bank sampah sudah bertebaran di Indonesia. Banyak diantara mereka yang sudah menerima ecobrick untuk ditabung. Bank Sampah NTB Mandiri, Lombok, misalnya, akan memberikan Rp 1000 setiap kali nasabah menabung empat buah ecobrick.

Dari  kegiatan menabung ini, anak dapat belajar bahwa sampah memiliki nilai ekonomi dan bisa menghasilkan uang.

Menyalurkan Kreativitas

Ecobrick dapat disusun menjadi berbagai bentuk yang menarik sesuai imajinasi anak. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, ia dapat dibongkar pasang. Seru loh sebagai ajang menyalurkan kreativitas :)

floties dari ecobrick, kreatif! Credit ecobrick.org

Panggung ecobrick! Credit ecobrick.org 

Belajar Berempati Terhadap Makhluk dan Alam

Empati adalah pondasi bagi anak agar mencintai lingkungan dan santun terhadap alam. Dengan empati, anak akan bergerak untuk mengelola sampah dengan kesadarannya sendiri.

Untuk memupuk rasa empati, orang tua/pendidik bisa sambil mengisahkan dampak positif dari ecobrick terhadap makhluk hidup dan apa dampak buruknya bila sampah plastik ini tidak dikelola.


Misalnya seperti cerita tentang penyu yang tidak sengaja memakan sampah plastik ini. Si penyu mengira bahwa sampah plastik yang terapung di lautan merupakan ubur-ubur yang menjadi salah satu makanannya. Rupanya, penyu sulit membedakan plastik dengan hewan transparan ini.

Di akhir cerita, jangan lupa mengajukan pertanyaan kepada anak untuk membangkitkan rasa empatinya. Contoh:

“Kira-kira apa yang akan terjadi dengan penyu tersebut ya? Apa rasanya jika kita yang menjadi penyu tersebut?” Dsb.

Belajar Bersabar dan Mencari Solusi

Dari pengalaman saya, membuat ecobrick yang baik memang mudah, tetapi memerlukan perhatian khusus. Kadang anak saya kesulitan jika harus membuat ecobrick hingga benar-benar padat karena tenaganya belum cukup kuat.

Biasanya momen seperti ini saya manfaatkan untuk menanamkan kesabaran pada anak dan melatihnya mencari solusi. Seperti dengan bertanya, “bagaimana ya supaya sampahnya mudah dimasukkan ke botol?”

Biasanya anak saya akan merespon dengan cara meminta saya untuk menggunting sampahnya ke ukuran yang lebih kecil.

Merawat Ciptaan Tuhan

Sebagai orang tua, tentu saya ingin agar buah hati saya tidak hanya mengenal Pencipta dan ciptaan-Nya, tetapi juga untuk merawat apa yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia.
Ecobrick adalah langkah mudah dan nyata yang bisa kita wariskan ke anak agar selalu menjaga pemberian Allah SWT.

Bukankah Allah telah berfirman bahwa setiap manusia adalah khalifah?

***


Ternyata banyak sekali ya manfaat ecobrick! Apa ada yang bisa menambahkan?

Yuk mulai sekarang kumpulkan sampahmu… and let’s ecobrick it! :)

You Might Also Like

6 comments

  1. Canggih nih mba... Aku share ya

    ReplyDelete
  2. inspirasi nih buat diterapin ntar dikampung pak topik ... semoga ... kalo bikin ecobrick disini trus sampahnya dimasukin ke dumpster recycle .. bikin seneng petugas sampah nya kali ye mel .. 😆😆😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa banget put.. ayo nanti sampe Indo langsung dipraktekin.. hehe.

      Delete
  3. Merekatkan antar botol menggunakan apa ya mbak?

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas